
Hilangnya DAYA TARIK dalam BERAGAMA adalah salah satu bukti KUAT bahwa AGAMA bukanlah CANDU
Karl Marx mengatakan bahwa agama adalah candu. Tentu saja hal itu sangat bertentangan dengan kenyataan. Candu itu terjadi karena adanya kesenangan yang berlebihan yang menyebabkan hormon dopamin mengalir deras membanjiri otak berpikir (PFC : Pre Frontal Cortex), sehingga otak jadi malas berpikir.
Sedangkan dalam beragama, kesenangan bukanlah faktor yang paling dikejar, bahkan sebagian kita sering jenuh dalam beragama, sebab rutinitas yang membosankan.
Agama bukanlah candu, agama menyuruh kita berpikir. Nah, ritual Mabar, game online, judi, pornografi, free sex dan nongkrong begadang gak jelas itulah yang sebenarnya candu.
Bagi sebagian kaum milenial hari ini, game online jauh lebih menarik dibandingkan baca Al-Quran. Bahkan, mendirikan Sholat menjadi kalah telak daya tariknya dibadingkan dengan sekedar ngopi bareng temen di Cafe.
Yang cukup menyedihkan, saya dan sebagian kaum Kolotnial lainnya kadang terbawa arus mereka. Harusnya Kaum Kolotnial bisa menarik para milenial agar beragama dengan nyaman, eh malah kaum Milenial berhasil menarik para Kolotnial untuk lebih mengutamakan ngafe dibandingkan ngaji, bahkan masih banyak pula kaum Kolotnial yang asyik Mabar, bahkan Narkoba.
Mungkin dikarenakan Agama tidak menjanjikan kesenangan di depan, itu yang membuat Kaum Milenial banyak yang mangkir dalam beragama. Sebab Agama menjanjikan kefitrahan, dan di dalam fitrah ada ketenangan, lalu di dalam ketenangan barulah ada Kesenangan.
Menikmati kesenangan tanpa iman hanyalah candu. Dan agama hadir agar setiap orang mampu terbebas dari kecanduan dunia, kecanduan kesenangan.
Salam
KZ
Leave a Reply