
Nabi Musa yang gagah perkasa dan hampir selalu PD menghadapi apapun, tapi menjadi kurang PD ketika disuruh Allah menghadapi Fir’aun yang level Ke-PD-annya melampaui batas, menganggap dirinya sebagai Tuhan.
Lalu beliau pun berserah diri kepada Allah dengan berdo’a :
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
“Robbisy rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.”
Artinya:
“Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.” (QS. Thaha ayat 25-28).
Dan untuk menguatkan beliau dalam berdakwah menghadapi Fir’aun, maka Nabi Musa pun meminta kepada Allah agar ditemani oleh Nabi Harun yang lebih lancar dalam berbicara dibandingkan dirinya yang lidahnya agak cadel.
Dan kita semua telah paham, apa yang akhirnya terjadi, ternyata keyakinan Nabi Musa atas pertolongan Allah (Percaya Allah) dapat mengalahkan Fir’aun yang super PD serta para pasukannya, yang mana mereka semua Allah tenggelamkan di laut merah.
Yuk mari kita semua berhenti dari kesombongan yang dikamuflasekan dengan istilah Percaya Diri (PD), dan tentu saja itu tidaklah mudah, karena selama ini kita terlanjur memahami bahwa PD itu adalah sikap yang pasti positif, padahal PD itu bisa positif dan bisa pula negatif.
PD yang lahir dari kekuatan PA itulah yang positif, yakni PD yang diiringi dengan kerendahan hati dan keyakinan atas adanya pertolongan Allah sehingga melahirkan ketenangan hati dan kelapangan dada. Robbisy rohlii shodrii .
Salam Jlebb
KZ
Leave a Reply